Jumat, 13 Juni 2014

Makalah Reboisasi Tanaman Pantai



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kekayaan spesies flora dan fauna Indonesia yang luar biasa tidak henti-hentinya mengundang kekaguman dan perhatian dari berbagai pihak di Indonesia. Indonesia yang merupakan negara tropis  sangat kaya akan biodiversitas yang tidak semua negara memilikinya. Namun, jika dilihat yang terjadi sekarang ini, banyak biodiversitas di Indonesia yang terancam punah bahkan ada yang telah punah. Baik flora dan fauna yang terdapat di perairan maupun terestial. Banyak hal yang menyebabkan hilangnya biodiversitas di Indonesia. Terdapat berbagai faktor yang menjadi ancaman terhadap beberapa spesies di Indonesia. Ancaman tersebut dapat berupa terjadi akibat dari ulah manusia maupun dari alam sendiri. Namun ancaman paling besar yaitu akibat dari ulah manusia. 
Kurangnya rasa keperdulian terhadap spesies-spesies juga menjadi faktor penurunan populasi suatu spesies. Akibatnya, banyak populasi suatu spesies yang terancam hilang. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap habitat dari spesies-spesies tersebut juga merupakan ancaman paling besar terhadap kelangsungan hidup dari suatu spesies. Menyelamatkan suatu populasi spesies berarti menyelamtkan habitatnya pula. Tidak akan mungkin suatu populasi spesies dapat di konservasi apabila habitat alaminya tidak ikut di jaga atau di konservasi. Beberapa spesies tersebut tidak dapat bertahan apabila habitat alaminya tidak dipertahankan.
Dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi dapat juga dikatakan sebagai konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya-upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan konservasi dan reboisasi?
2. Bagaimana metode reboisasi tumbuhan pantai dilakukan?
3. Apakah manfaat dari reboisasi tumbuhan pantai?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah reboisasi tumbuhan pantai ini yaitu:
1.  Dapat mengetahui strategi-strategi untuk melakukan reboisasi tumbuhan pantai.
2. Dapat melindungi populasi tumbuhan  pantai.
3.  Dapat mengetahui manfaat reboisasi tumbuhan pantai.
















BAB II
PEMBAHASAN

Negara Indonesia sebagai salah satu pusat biodiversity dunia menyimpan potensi keanekaragaman hayati yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetika. Konservasi keanekaragaman hayati diperlukan karena pemanfaatan sumber daya hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang akan menyebabkan makin langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya, kerusakan ekosisitem dan menipisnya plasma nutfah. Hal ini harus dicegah agar kekayaan hayati di Indonesia masih dapat menopang kehidupan.  Salah satu reboisasi dan konservasi yang telah berjalan yaitu reboisasi tanaman pantai.

2.1 Reboisasi Tanaman Pantai
Negara Indonesia sebagai salah satu pusat biodiversity dunia menyimpan potensi keanekaragaman hayati yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetika. Reboisasi termasuk ke dalam salah satu cara pelestarian hutan pantai dan konservasi keanekaragaman hayati pantai. Reboisasi ini diperlukan karena pemanfaatan sumber daya hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang akan menyebabkan makin langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya, kerusakan ekosisitem dan menipisnya plasma nutfah. Hal ini harus dicegah agar kekayaan hayati di Indonesia masih dapat menopang kehidupan. 


        2.1.1 Asal Mula Reboisasi Tanaman Pantai
Bencana tsunami yang terjadi pada bulan Desember 2004 telah menghancurkan hutan pantai dan hutan mangrove yang terdapat di wilayah pantai barat dan pantai utara di provinsi Aceh serta telah menyebabkan kerusakan parah atas tumbuhan pantai yang tumbuh disepanjang garis pantai di wilayah timur laut. Hilangnya sumber daya ini memiliki dampak langsung terhadap kelangsungan hidup dari para korban tsunami yang selamat serta dampak lanjutannya. Sebelum terjadinya tsunami, sebagian besar dari lokasi tumbuhan mangrove telah dihancurkan, antara lain guna ditanami tumbuhan kayu, dijadikan lokasi tambak, serta untuk areal persawahan. Sejak terjadinya bencana tsunami pada bulan Desember 2004, pemerintah Indonesia telah secara konsisten mendeklarasikan niat untuk menanam kembali serta memelihara kawasan wilayah hijau di sepanjang pantai di provinsi Aceh yang disesuaikan dengan Undang-Undang Kehutanan. Beberapa proyek penghijauan hutan mangrove dan hutan pantai dalam skala kecil telah berhasil diselesaikan dan ada banyak proyek lagi yang saat ini sedang direncanakan, termasuk beberapa proyek dalam skala besar yang melibatkan wilayah dengan luas beberapa ribu hektar.

        2.1.2 Kawasan-Kawasan Reboisasi Tanaman Pantai
Hutan pantai memberikan perlindungan terhadap badai, angin dan terpaan garam, meningkatkan keragaman hayati dari lingkungan pantai dan juga memberikan perlindungan terhadap bahaya tsunami. Selain itu, mereka memberikan kesempatan dalam meningkatkan taraf hidup dengan meningkatkan produktivitas dari sistem pertanian dan perikanan serta memasok kayu dan produk hutan non-kayu. Penggunaan lahan di pesisir pantai lebih diutamakan pada bidang yang lain dari pada digunakan sebagai hutan pantai, terutama karena sektor lain ini lebih memberikan keuntungan jangka pendek dan kehidupan pertanian di wilayah pedesaan di Aceh pada umumnya lintas-sektoral, sehingga diperlukan pendekatan yang dapat mengakomodir berbagai kegiatan yang berbeda tersebut. Proses perencanaan yang partisipatif dalam hal manajemen wilayah pesisir pantai yang terintegrasikan menjamin bahwa rehabilitasi hutan akan dilaksanakan pada lokasi yang telah ditentukan serta guna mendapatkan manfaat yang maksimum.
Beberapa kawasan reboisasi hutan pantai di Aceh adalah:
·         Aceh Jaya
·         Kajhu, Aceh Besar
·         Lamno
·         Pidie
·         Meulaboh
·         Nias

        2.1.3 Jenis-Jenis Tanaman Pantai Yang Direboisasi
Terdapat beberapa faktor yang layak untuk dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pemilihan spesies tumbuhan mangrove dan rehabilitasi hutan pantai, yaitu sebagai berikut:
1.    Fisik
Jarak serta sifat dari kondisi lingkungan yang ada, jika memungkinkan, terutama pada aspek rentang pasang surut dan tinggi gelombang.
2.    Ekologi
Melakukan identifikasi atas spesies tumbuhan mangrove dan hutan pantai yang memiliki persyaratan ekologi yang sesuai.
3.    Ekonomi
Berbagai nilai ekonomis yang dimiliki oleh tumbuhan mangrove dan tumbuhan hutan pantai.
Beberapa jenis spesies tumbuhan pantai yang ditanam diantaranya:
A.  Tumbuhan Mangrove
Tumbuhan mangrove yang memiliki akar yang panjang seperti Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata dapat dengan mudah dikenali dari sistem akar yang berbeda ini walaupun tidak akan dapat terlihat dengan mudah pada pohon yang masih muda. Kedua spesies ini cenderung ditemukan pada kondisi yang teduh dan seringkali tumbuh pada saluran air pasang yang kecil. Dua buah spesies Avicennia sangatlah sulit untuk dibedakan antara satu sama lain dan keduanya tumbuh pada lokasi yang hampir mirip. Kedua spesies ini dapat tampak saling berbeda tergantung dari lingkungan tempat mereka tumbuh, mulai dari semak belukar pendek hingga yang tinggi, memiliki batang pohon yang tipis, hutan yang lebat dan sebaran pohon yang banyak.
v  Penyebaran Spesies Mangrove
Terdapat lima kelompok tumbuhan mangrove yang pada umumnya digunakan, yaitu sebagai berikut:
·         Posisi rendah, dekat dengan permukaan laut (Mean Sea Level-MSL).
·         Posisi menengah, dekat dengan tingkat ketinggian air pasang (Mean High Water Neap Level-MHWN).
·         Posisi atas, dekat dengan tingkat ketinggian air surut (Mean High Water Spring level-MHWS).
·         Diantara ketinggian air pasang dan wilayah hutan pantai.
·         Umum, yang dapat tumbuh pada salah satu dari wilayah diatas tetapi biasanya dikecualikan oleh spesies lain.

2.1.4 Tata Cara Reboisasi Tanaman Pantai
Salah satu contoh cara reboisasi tanaman pantai adalah dengan penanaman Casuarina equisetifolia. Berikut adalah cara penanaman yang baik:
v  Pengumpulan dan penanaman benih Casuarina equisetifolia:
Benih Casuarina equisetifolia diambil dari buah yang hendak matang dan berwarna coklat, sebelum mereka menjadi matang penuh dan melepaskan benih tersebut. Buah ini dapat dipetik dengan menggunakan tangan atau diguncangkan keatas kanvas untuk kemudian di proses lebih lanjut. Benih ini biasanya akan siap setelah berusia 18–20 minggu dari ketika berbuah. Buah dan benih yang besar biasanya yang akan dipilih.
Buah yang dipetik dari pohon dapat dikeringkan dibawah sinar matahari ataud alam tungku pemanas guna membuka tutupnya untuk kemudian diambil benihnya. Benih-benih ini kemudian diseleksi guna memisahkannya dari potongan buah. Benih ini akan mulai kehilangan kegunaannya setelah dilepaskan
selama 2 minggu. Jika ingin disimpan, metode penyimpanan yang biasa digunakan adalah mendekati temperatur titik beku atau temperatur dibawah titik beku (–6°C,21°F). Dengan cara ini, maka benih-benih ini dapat disimpan selama 6 bulan hingga satu tahun. Berbagai benih ini biasanya ditanam di lokasi yang memiliki penerangan yang cukup, tetapi dalam cuaca panas mungkin akan diperlukan penutupan. Cahaya dan tanah yang telah dikeringkan sebaiknya digunakan untuk menghindari serangan penyakit dan hama. Tingkat pertumbuhan tunas berada pada kisaran 30-90% bagi benih segar tetapi akan lebih rendah pada benih yang disimpan hingga satu tahun lamanya.
Proses pertumbuhan tunas biasanya mulai pada periode 4–22 hari sesudah penyebaran benih tetapi dapat juga berlangsung hingga 40 hari. Berbagai benih ini juga dapat diletakkan pada wadah yang diletakkan sedalam kurang lebih 5 mm dibawah tanah pembibitan yang sudah disterilkan atau cara buatan lainnya, guna menghindari serangan jamur, dan jumlah benih yang ada sebaiknya adalah 215–320 benih/m2. Tanah yang sering digunakan adalah campuran pasir dan gambut.
Tanaman bibit dari Casuarina equisetifolia biasanya ditanam ketika telah berusia 3–4 bulan, dan memiliki ketinggian 30–50 cm. Jarak tanam yang digunakan biasanya adalah 1x1 m, dan tanaman bibit ini kemudian diperkecil pada tahun kedua menjadi 2.5x2.5 m. Beberapa pihak menganjurkan agar jarak yang digunakan adalah 4x 4 m, tetapi jarak yang semakin dekat akan memberikan panen awal. Penanaman C. equisetifolia sudah umum dilakukan di provinsi Aceh dan berbagai pola jarak tanam telah pula digunakan.