BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kekayaan spesies flora dan fauna Indonesia yang luar biasa tidak
henti-hentinya mengundang kekaguman dan perhatian dari berbagai pihak di
Indonesia. Indonesia yang merupakan negara tropis sangat kaya akan biodiversitas yang tidak
semua negara memilikinya. Namun, jika dilihat yang terjadi sekarang ini, banyak
biodiversitas di Indonesia yang terancam punah bahkan ada yang telah punah.
Baik flora dan fauna yang terdapat di perairan maupun terestial. Banyak hal
yang menyebabkan hilangnya biodiversitas di Indonesia. Terdapat berbagai faktor
yang menjadi ancaman terhadap beberapa spesies di Indonesia. Ancaman tersebut
dapat berupa terjadi akibat dari ulah manusia maupun dari alam sendiri. Namun
ancaman paling besar yaitu akibat dari ulah manusia.
Kurangnya rasa keperdulian terhadap spesies-spesies juga menjadi
faktor penurunan populasi suatu spesies. Akibatnya, banyak populasi suatu
spesies yang terancam hilang. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap habitat
dari spesies-spesies tersebut juga merupakan ancaman paling besar terhadap
kelangsungan hidup dari suatu spesies. Menyelamatkan suatu populasi spesies
berarti menyelamtkan habitatnya pula. Tidak akan mungkin suatu populasi spesies
dapat di konservasi apabila habitat alaminya tidak ikut di jaga atau di konservasi.
Beberapa spesies tersebut tidak dapat bertahan apabila habitat alaminya tidak
dipertahankan.
Dinyatakan bahwa konsep konservasi
adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah
dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi dapat juga dikatakan sebagai
konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna
kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan
konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan
situasi lokal maupun upaya-upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Apa yang dimaksud dengan konservasi dan reboisasi?
2.
Bagaimana metode reboisasi tumbuhan pantai dilakukan?
3.
Apakah manfaat dari reboisasi tumbuhan pantai?
1.3 Tujuan
Tujuan
dari makalah reboisasi tumbuhan pantai ini yaitu:
1. Dapat mengetahui
strategi-strategi untuk melakukan reboisasi tumbuhan pantai.
2. Dapat melindungi
populasi tumbuhan pantai.
3. Dapat mengetahui manfaat reboisasi tumbuhan
pantai.
BAB II
PEMBAHASAN
Negara
Indonesia sebagai salah satu pusat biodiversity dunia menyimpan potensi
keanekaragaman hayati yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman hayati atau biodiversity
merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk,
penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan
makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetika.
Konservasi keanekaragaman hayati diperlukan karena pemanfaatan sumber daya
hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang akan menyebabkan makin
langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya,
kerusakan ekosisitem dan menipisnya plasma nutfah. Hal ini harus dicegah agar
kekayaan hayati di Indonesia masih dapat menopang kehidupan. Salah satu reboisasi dan konservasi yang
telah berjalan yaitu reboisasi tanaman pantai.
2.1 Reboisasi Tanaman
Pantai
Negara
Indonesia sebagai salah satu pusat biodiversity dunia menyimpan potensi
keanekaragaman hayati yang tidak ternilai harganya. Keanekaragaman hayati atau biodiversity
merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk,
penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan
makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetika. Reboisasi
termasuk ke dalam salah satu cara pelestarian hutan pantai dan konservasi
keanekaragaman hayati pantai. Reboisasi ini diperlukan karena pemanfaatan
sumber daya hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang akan
menyebabkan makin langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan
habitatnya, kerusakan ekosisitem dan menipisnya plasma nutfah. Hal ini harus dicegah
agar kekayaan hayati di Indonesia masih dapat menopang kehidupan.
2.1.1 Asal Mula Reboisasi Tanaman Pantai
Bencana
tsunami yang terjadi pada bulan Desember 2004 telah menghancurkan hutan pantai
dan hutan mangrove yang terdapat di wilayah pantai barat dan pantai utara di
provinsi Aceh serta telah menyebabkan kerusakan parah atas tumbuhan pantai yang
tumbuh disepanjang garis pantai di wilayah timur laut. Hilangnya sumber daya
ini memiliki dampak langsung terhadap kelangsungan hidup dari para korban
tsunami yang selamat serta dampak lanjutannya. Sebelum terjadinya tsunami,
sebagian besar dari lokasi tumbuhan mangrove telah dihancurkan, antara lain
guna ditanami tumbuhan kayu, dijadikan lokasi tambak, serta untuk areal
persawahan. Sejak terjadinya bencana tsunami pada bulan Desember 2004,
pemerintah Indonesia telah secara konsisten mendeklarasikan niat untuk menanam
kembali serta memelihara kawasan wilayah hijau di sepanjang pantai di provinsi
Aceh yang disesuaikan dengan Undang-Undang Kehutanan. Beberapa proyek
penghijauan hutan mangrove dan hutan pantai dalam skala kecil telah berhasil
diselesaikan dan ada banyak proyek lagi yang saat ini sedang direncanakan,
termasuk beberapa proyek dalam skala besar yang melibatkan wilayah dengan luas
beberapa ribu hektar.
2.1.2 Kawasan-Kawasan Reboisasi Tanaman Pantai
Hutan pantai
memberikan perlindungan terhadap badai, angin dan terpaan garam, meningkatkan
keragaman hayati dari lingkungan pantai dan juga memberikan perlindungan
terhadap bahaya tsunami. Selain itu, mereka memberikan kesempatan dalam
meningkatkan taraf hidup dengan meningkatkan produktivitas dari sistem
pertanian dan perikanan serta memasok kayu dan produk hutan non-kayu.
Penggunaan lahan di pesisir pantai lebih diutamakan pada bidang yang lain dari
pada digunakan sebagai hutan pantai, terutama karena sektor lain ini lebih
memberikan keuntungan jangka pendek dan kehidupan pertanian di wilayah pedesaan
di Aceh pada umumnya lintas-sektoral, sehingga diperlukan pendekatan yang dapat
mengakomodir berbagai kegiatan yang berbeda tersebut. Proses perencanaan yang
partisipatif dalam hal manajemen wilayah pesisir pantai yang terintegrasikan
menjamin bahwa rehabilitasi hutan akan dilaksanakan pada lokasi yang telah
ditentukan serta guna mendapatkan manfaat yang maksimum.
Beberapa
kawasan reboisasi hutan pantai di Aceh adalah:
·
Aceh
Jaya
·
Kajhu,
Aceh Besar
·
Lamno
·
Pidie
·
Meulaboh
·
Nias
2.1.3 Jenis-Jenis Tanaman Pantai Yang Direboisasi
Terdapat
beberapa faktor yang layak untuk dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pemilihan
spesies tumbuhan mangrove dan rehabilitasi hutan pantai, yaitu sebagai berikut:
1.
Fisik
Jarak serta
sifat dari kondisi lingkungan yang ada, jika memungkinkan, terutama pada aspek
rentang pasang surut dan tinggi gelombang.
2.
Ekologi
Melakukan
identifikasi atas spesies tumbuhan mangrove dan hutan pantai yang memiliki
persyaratan ekologi yang sesuai.
3.
Ekonomi
Berbagai nilai ekonomis yang dimiliki oleh tumbuhan mangrove dan
tumbuhan hutan pantai.
Beberapa
jenis spesies tumbuhan pantai yang ditanam diantaranya:
A. Tumbuhan Mangrove
Tumbuhan mangrove yang memiliki akar yang panjang seperti Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata dapat dengan mudah
dikenali dari sistem akar yang berbeda ini walaupun tidak akan dapat terlihat
dengan mudah pada pohon yang masih muda. Kedua spesies ini cenderung ditemukan
pada kondisi yang teduh dan seringkali tumbuh pada saluran air pasang yang
kecil. Dua buah spesies Avicennia
sangatlah sulit untuk dibedakan antara satu sama lain dan keduanya tumbuh pada
lokasi yang hampir mirip. Kedua spesies ini dapat tampak saling berbeda
tergantung dari lingkungan tempat mereka tumbuh, mulai dari semak belukar
pendek hingga yang tinggi, memiliki batang pohon yang tipis, hutan yang lebat
dan sebaran pohon yang banyak.
v Penyebaran Spesies Mangrove
Terdapat lima
kelompok tumbuhan mangrove yang pada umumnya digunakan, yaitu sebagai berikut:
·
Posisi
rendah, dekat dengan permukaan laut (Mean Sea Level-MSL).
·
Posisi
menengah, dekat dengan tingkat ketinggian air pasang (Mean High Water Neap Level-MHWN).
·
Posisi
atas, dekat dengan tingkat ketinggian air surut (Mean High Water Spring
level-MHWS).
·
Diantara
ketinggian air pasang dan wilayah hutan pantai.
·
Umum,
yang dapat tumbuh pada salah satu dari wilayah diatas tetapi biasanya
dikecualikan oleh spesies lain.
2.1.4 Tata Cara Reboisasi Tanaman Pantai
Salah satu
contoh cara reboisasi tanaman pantai adalah dengan penanaman Casuarina equisetifolia. Berikut adalah
cara penanaman yang baik:
v Pengumpulan dan penanaman benih Casuarina equisetifolia:
Benih Casuarina
equisetifolia diambil dari buah yang hendak matang dan berwarna coklat,
sebelum mereka menjadi matang penuh dan melepaskan benih tersebut. Buah ini
dapat dipetik dengan menggunakan tangan atau diguncangkan keatas kanvas untuk
kemudian di proses lebih lanjut. Benih ini biasanya akan siap setelah berusia
18–20 minggu dari ketika berbuah. Buah dan benih yang besar biasanya yang akan
dipilih.
Buah yang
dipetik dari pohon dapat dikeringkan dibawah sinar matahari ataud alam tungku
pemanas guna membuka tutupnya untuk kemudian diambil benihnya. Benih-benih ini
kemudian diseleksi guna memisahkannya dari potongan buah. Benih ini akan mulai
kehilangan kegunaannya setelah dilepaskan
selama 2 minggu. Jika ingin disimpan, metode
penyimpanan yang biasa digunakan adalah mendekati temperatur titik beku atau
temperatur dibawah titik beku (–6°C,21°F). Dengan cara ini, maka benih-benih
ini dapat disimpan selama 6 bulan hingga satu tahun. Berbagai benih ini
biasanya ditanam di lokasi yang memiliki penerangan yang cukup, tetapi dalam
cuaca panas mungkin akan diperlukan penutupan. Cahaya dan tanah yang telah
dikeringkan sebaiknya digunakan untuk menghindari serangan penyakit dan hama.
Tingkat pertumbuhan tunas berada pada kisaran 30-90% bagi benih segar tetapi
akan lebih rendah pada benih yang disimpan hingga satu tahun lamanya.
Proses
pertumbuhan tunas biasanya mulai pada periode 4–22 hari sesudah penyebaran
benih tetapi dapat juga berlangsung hingga 40 hari. Berbagai benih ini juga
dapat diletakkan pada wadah yang diletakkan sedalam kurang lebih 5 mm dibawah
tanah pembibitan yang sudah disterilkan atau cara buatan lainnya, guna
menghindari serangan jamur, dan jumlah benih yang ada sebaiknya adalah 215–320
benih/m2. Tanah yang sering digunakan adalah campuran pasir dan gambut.
Tanaman bibit dari Casuarina equisetifolia biasanya ditanam ketika telah berusia 3–4
bulan, dan memiliki ketinggian 30–50 cm. Jarak tanam yang digunakan biasanya
adalah 1x1 m, dan tanaman bibit ini kemudian diperkecil pada tahun kedua
menjadi 2.5x2.5 m. Beberapa pihak menganjurkan agar jarak yang digunakan adalah
4x 4 m, tetapi jarak yang semakin dekat akan memberikan panen awal. Penanaman C. equisetifolia sudah umum dilakukan di
provinsi Aceh dan berbagai pola jarak tanam telah pula digunakan.